KH Dewantara
Sejarah umat manusia membuktikan bahwa sebutan pahlawan atau bukan bisa dilihat dari mana memandangnya. Bangsa Indonesia selalu menganggap Pangeran Diponegoro sebagai pahlawan yang berhak mendapatkan bintang mahaputera, tetapi bagi Belanda mungkin dianggap pengganggu stabilitas pemerintahan Hindia Belanda saat itu. Dan itu terjadi di sudut mana saja.
Bicara tentang pahlawan, kita
memiliki ratusan tokoh besar yang berjasa untuk Indonesia. Banyak di antara
mereka yang kebetulan berasal atau pernah ditempa di kawah candradimuka
Yogyakarta, antara lain adalah Ki Hajar Dewantoro, Dr. Wahidin Sudirohusodo,
Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Sultan Agung Hanyokrokusumo, Pangeran Diponegoro,
Sri Sultan Hamengkubuwono I, dan lain-lainnya.
Ki Hajar Dewantoro merupakan tokoh
nasional, tokoh kemerdekaan, dan tokoh pendidikan nasional. Kita akan mengenal
Ki Hajar Dewantara melalui karangan-karangan beliau yang terangkum dalam buku Karya
K.H. Dewantara : Bagian pertama, Pendidikan.
Sekilas tentang perjalanan hidup Ki
Hajar Dewantoro
Ki Hajar Dewantara lahir pada
tanggal 2 Mei 1889 di Jogjakarta, wafat pada tanggal 26 April 1959. Pada tanggal 6 September 1913 sampai 5 September 1919
dibuang oleh Pemerintah Belanda di negeri Belanda.
Pada tanggal 3 Juli 1922 beliau
mendirikan Perguruan Taman Siswa dan sampai saat wafatnya terus memimpin
perguruan tersebut. Pada tanggal 1 Oktober 1932 memimpin perlawanan menentang
“ordonansi sekolah liar” sampai dicabutnya ordonansi tersebut, didukung oleh
segenap lapisan masyarakat dan semua partai politik serta organisasi rakyat
Indonesia. Pada tanggal 8 Maret 1955 ditetapkan Pemerintah sebagai Perintis
Kemerdekaan nasional Indonesia.
Pada tanggal 19 Desember 1956 beliau
mendapat gelar doktor kehormatan (honoris causa) dalam ilmu Kebudayaan dari
Universitas Negeri Gadjah Mada. Pada waktu wafat beliau diangkat sebagai
Perwira Tinggi dengan pemakaman negara secara militer, tepatnya tanggal 26
April 1959.
Pada tanggal 28 Nopember 1959
diangkat menjadi Pahlawan Nasional. Pada tanggal 16 Desember 1959 pemerintah RI
menetapkan hari lahirnya sebagai hari Pendidikan nasional. Baru pada ranggal 17
Agustus 1960 beliau dianugerahi oleh Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan
perang RI Bintang mahaputra I. Prestasi Ki Hajar Dewantoro lebih lengkap dengan
tanda kehormatan Satya Lancana Kemerdekaan, 20 Mei 1961.
Ki Hajar Dewantoro sudah mulai dan
terus menulis sejak hampir setengah abad yang lampau di berbagai surat kabar,
majalah, dan brosur-brosur serta penerbitan lain-lain, tersebar di Indonesia
dan di Nederland, sehingga membutuhkan waktu lama untuk mengumpulkan
karya-karya beliau.
Ki Hajar tentang Pendidikan dan
pengajaran nasional
Menurut Ki Hajar Dewantara, upaya
menjunjung derajad bangsa akan berhasil, apabila dimulai dari bawah. Rakyat
sebagai sumber kekuatan, harus mendapatkan pengajaran agar pandai melakukan
upaya bagi kemakmuran negeri. Pendidikan anak-anak berarti pendidikan rakyat.
Pendidikan harus disesuaikan dengan hidup dan penghidupan rakyat agar lebih
berfaedah bagi perikehidupan bersama. Pendidikan harus bisa memerdekakan
manusia dari ketergantungan kepada orang lain dan bersandar pada kekuatan
sendiri. Pendidikan merupakan tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak.
Berarti pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang pada anak-anak itu,
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidikan hanyalah suatu
tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak kita. Hidup tumbuhnya anak-anak itu
terletak di luar kecakapan atau kehendak kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai
makhluk, sebagai manusia, sebagai benda hidup, tentu saja hidup dan tumbuh
menurut kodratnya sendiri. kekuatan kodrati yang ada pada anak-anak itu ialah
segala kekuatan di dalam hidup batin dan hidup lahir anak-anak itu yang ada
karena kodrat. Para pendidik hanya dapat menuntun tumbuh dan hidupnya
kekuatan-kekuatan itu agar dapat memperbaiki lakunya, (bukan dasarnya) hidup
dan tumbuhnya.
Misalnya : Seorang petani, dia tidak
bisa merubah sifat-sifat dasar padi. Seorang petani hanya dapat menumbuhkan
padi dengan memperbaiki tanahnya, memelihara tanamannya, memberi rabuk atau air,
memusnahkan hama-hamanya. Ia tidak dapat mengubah kodrat tanaman. Ia tidak
dapat merubah tanaman padi menjadi jagung dalam tempo tiga bulan. Pak tani
harus takhluk pada kodrat padi. Seorang petani hanya dapat menjadikan padi
tersebut tumbuh berkembang dan menghasilkan panen yang besar.
Tugas seorang petani hampir sama
dengan seorang guru. Pendidikan hanya bisa menuntun pertumbuhan anak didiknya.
Pertumbuhan anak-nak tergantung kodrat dan keadaan masing-masing. Anak yang tak
baik dasar jiwanya dan tidak mendapat tuntunan pendidikan, dikhawatirkan akan
menjadi orang jahat kalau tidak ada tuntunan. Dengan tuntunan tersebut seorang
anak akan mendapat kecerdasan yang lebih tinggi dan luas, akan menjauhnya
dirinya dari pengaruh jahat, buruk.
Pengaruh-pengaruh tidak baik yang
datang kepada anak-anak boleh jadi bersal dari keluarganya. Anak-anak yang
serba kekurangan tentu akan menghalangi ambisinya untuk mendapatkan pendidikan,
sehingga kecerdasannya tidak bisa tumbuh seperti yang diharapkan. Mungkin juga
mungkin perangai dari anggota keluarganya yang kurang menunjukkan keluhuran
budipekerti.
Mengenai perlu tidaknya tuntunan di
dalam tumbuhnya manusia, samalah keadaannya dengan soal perlu tidaknya
pemeliharaan dalam pertumbuhan tanaman. Misalnya kalau jangung yang baik
dasarnya jatuh pada tanah yang baik, banyak airnya, dan dapat sinar matahari,
maka pemeliharaan-pemeliharaan dari Pak Tani akan menambah pertumbuhan dan
hasil panen menjadi lebih baik. Kalau tidak ada pemeliharaan, sedangkan keadaan
tanahnya tidak baik, atau tempat jatuhnya biji jagung itu tidak baik, kurang
sinar matahari, maka tetap saja jagung itu tidak bisa tumbuh dengan baik.
Sebaliknya apabila jagung itu bibitnya tidak baik, tetapi selalu dipelihara
dengan baik oleh Pak Tani tentu saja hasilnya akan lebih baik daripada biji
jagung yang tidak baik lainnya. (hlm 22)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar